Sabtu, 12 November 2011

Biografi engku Lasykar Harun


Beliau dilahirkan pada Tangga 1 Januari 1942 di Talau kenagarian  Kudu Ganting Kec, 5 Koto Timur Kab, Padang Pariaman Sumatra Barat
Nama   : Lasykar  bin Harun bin Abu Bakar
            Ibunya bernama Pik Intan bin Pakiah Jaho
Kakak adik : Seibu : Rustina
                                Caya Karani
                                  Burhanuddin
                      Seibu bapak : Laskar Harun
                                         Lasmi
                                      Bakri
                                      Rajuddin
Yang masih hidup sekarang hanya dua orang yaitu engku Lasykar dan bakri. Selebihnya telah perpulang ke rahmatullah.
            Istri beliau ada dua, istri pertama beliau telah meninggal, dan sekarang beliau hidup dengan istri kedua beliau,
Istri pertama bernama Nur’aini memeliki empat orang anak yaitu
            Fakhrija
            Fakhriati
            Rimzah
            Fitriyah
Dari istri kedua beliau memiliki tiga orang anak yaitu:
            Husnil Mardhiyah
            Zamratil Khaira
            Fadhilatul Husni
Sejarah hidup engku Lasykar Harun
            Pada tahun 1956 tamat dari Sekolah Rakyat (sr), di tahun 1957 beliau melanjutkan sekolah ke SMP sampai tahun 1959, tapi  karna pada waktu itu terjadi pergerakan PPRI, akhirnya beliau bias menamatkan sekolahnya pada tahun 1960, setelah tamat dari SMP beliau belum menyambung sekolahnya hanya membantu-bamtu orang tuanya dirumah, maklum dengan keadan keluarga yang bias dikatakan kurang bercukupan, namun sebagai orang tua tentu tidak mau melihat anaknya putus sekolah, dan tergantung pendidikannya.
            Dan orang tuanya bernisiatif untuk menganjurkan  engku Lasykat untuk melanjutkan sekolahnya, dan diberitahukan kepada beliau dengan maksud orang tuanya tersebut, namun pada waktu iti engku Lasykar sendiri hanya mau melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantern di Sungai Janiah. Orang tua beliaupun menyetujui, dan pada tahun 1964 akhir tahun 1963 dibawahlah beliau ke  Pondok Pesantren di Sungai Janiah tersebut.
            Engku Lasykar menuntu Ilmu di Pondok tersebut bersama temannya sekampung yaitu Ramdi dan Abu Zahar, namun sedang asyik-asyiknya belajar disan, ada seorang guru yang pindah ke Malalo, engku Lasykar sedih dengan kepergian guru tersebut karna bisa dikatakan engku Lasykar  amat dekat , dan senang belajar dengan guru itu, dan ternyata kawan engku Lasykar Abu Zahar telah pernah pergi ke Malalo dan menceritakan keadaan pembelajaran yang ada di Malalo.
            Katannya di Malalo banayak di pelajari berbagai bidang ilmu tidak seperti disini yang hanya belajar satu bidang ilmu saja yaitu hanya Tafsir Jalalain saja, tapi di Malalo di pelajari kitab-kitab Tauhud, Fiqih, Tareh, Tashauf, Nahu dan Sharaf, Tafsir, Hadis, dan ilmu Mantiq serta Kitab-kitab lainnya yang berhubungan dengan keagamaan.
            Setelah mendengar cerita dari temannya, engku Lasykar dan teman-tamannya ingin pindah dan menuntut ilmu disana, dan mengadukan keinginan mereka kapada buya pimpinan Pondok Pesantren Sungai Janiah untuk mengabulkan keinginan mereka pergi ke Malalo , namun buya tidak mengizinkan karna buya telah berjanji kapada orang tua engku Lasykar dan teman-temannya agar nanti setelah keluar mereka dari Pesantern itu bergelar tengku, karna janji itu buya pimpinan tidak mengizinkan mereka untuk pindah ke Malalo, namun akhirnya pimpinan terpaksa mengizinkan mereka untuk pindah karna mereka bersikeras untuk pindah ke Malalo.
            Setelah mereka pergi dari pesantren Su gai Janiah, engku Lasykar mintak izin kepada orang tuanya untuk menuntut ilmu ke Malalo, namun dengan keterbatasan biaya, orang tuanya berfikir dan berkata  kalaun kesana kamu pergi mungkin orang tuamu ini tidak samnggup untuk membiayai, tapi karna tekat  bulat dan keinginan engku Lasykar yang sangat kuat beliau berkata kepada orang tuanya, hai bapak dan ibuku sekiranya nanti aku pendapatkan biaya untuk pergi ke Malalo, apakah ayahanda dan ibunda mengizinkan saya untuk pergi kemamalo untuk menuntut Ilamu??
            Mendengar pertanayaan dari anaknya itu ayah engku Lasykar berkata” kalau begitu kenginanmua nak, ayah mengizinkan kalau sekiranya kamu mendapatkan biaya untuk pergi kesana", setelah mendapat izin dari orang tuanya, beliau menceritakan keinginannya kepada masyiarakat setempat, kebetulan pada waktu itu akan memasuki bulan Ramadhan dan  beliau menawarkan kepada masyiarakat untuk menjadi imam di  mushallah masyiarakat setempat itu dengan syarat seluruh masyarakat itu mengeluarkan zakat fitrahnya di berikan kepada engku Lasykar, ternyata banyak masyiarakat yang mendukung keinginan beliau itu,
            Akhirnya beliau mendapatkan biaya untuk pergi ke Malalo, setelah perlengkapan keperluan telah di siapkan , bertepata pada waktu itu PRRI sedang bergolak di sumatera tengah, engku Lasykar berangkat ke Malalo pukul 15.00 Wib, hari Minggu, pada Tanggal 23 Pebruari tahun 1965, dan sampai di Malalo pada waktu  maghrib, dan besoknya beliau langsung masuk sekolah, beliau langsung masuk sekolah di kelas dua, karna waktu pembelajaran telah berlangsung setengah tahun, beliau hanya setengah tahun duduk di kelas dua, lalu naik ke kelas tiga, dan pada tahun 1966 beliau tamat dari kelas empat, lalu di lanjutkan ke tingkat ‘aliyah tiga tahun, tahun 1969 beliau tamat dari kelas tujuh.
            Dan di tahun itu di temuilah buyan Zakariyah Labai Sati  Pimpinan madrasah Tarbiyah Islamiyah Malalo oleh Orang tua Engku Lasykar untuk mengajarkan ilmu yang di dapat oleh engku Lasykar, dan buya mengizinkan, lalu pada tahun 1970  enggku Lasykar mengajar di kelas dua.sampai saat ini beliau masih memberikan kontribusi yang sanat besar pada PPTI Malalo. seharusnya sudah banyak penghargaan yang telah beliau terima, karena beliau telah mengajar selama 42 tahun. namun sampai saat ini belum ada satu pun penghargaan yang beliau terima. sangat mengecewakan negaraku ini.